Guru yang berkarakter dan profesional merupakan kunci utama keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Ketika para guru memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas rapat-rapat maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru.
Ketika proses pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan apa saja di dalam kelas, ia bisa tampil sebagai figur yang menarik sehingga mampu membuat peserta didik mengikuti apa yang dikatakan. Guru mampu menyebarkan motivasi berprestasi. Namun tidak menutup kemungkinan pula guru menjadi sosok yang membosankan dan tidak mampu menjadi guru yang didambakan peserta didik. Bahkan guru juga bisa mematikan kreativitas menumpulkan daya nalar peserta didik.
Oleh karena itu sudah saatnya guru harus mempunyai karakter mengajar yang baik sehingga bersikap profesional dan efektif saaat melakukan proses belajar mengajar sehingga guru menjadi idaman atau dambaan para peserta didik. Keberadaan guru yang profesional merupakan syarat mutlak hadirnya sistem dan praktek pendidikan yang berkualitas. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong lahirnya guru yang berkualitas salah satunya adalah peningkatan mutu dengan memberikan jaminan kesejahteraan hidup yang memadai
A. A. Tantangan Guru
Dalam kaitannya mendapatkan guru yang berkarakter dan berkualitas maka akan mendapatkan tantangan dari berbagai hal. Tantangan peningkatan profesional guru adalah faktor-faktor eksternal dari diri guru yang menghambat mereka untuk maju. Guru yang pesimis cenderung memandang usaha-usaha peningkatan guru sebagai tantangan yang menghambat kemajuan. Beberapa tantangan untuk meningkatkan mutu tenaga kependidikan menurut bank dunia adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan jumlah guru
2. Distribusi guru yang tidak merata
3. Rendahnya kualitas pendidik dan tenaga kependidikan
4. Ketidak sesuaian latar belakang pendidikan guru
5. Rendahnya kesejahteraan guru
6. Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan yang belum tertata
7. Kompleksitas implementasi undang-undang guru dan dosen
8. Belum lengkapnya peraturan perundangan aturan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan
Selain hal-hal diatas banyak tantangan yang dihadapi guru yang pesimis yang dianggap hambatan, padahal bagi guru yang optimis tantangan merupakan peluang untuk maju.
1. Syarat lolos uji sertifikasi dianggap berat karena persyaratan yang rumit. Misalnya syarat pendidikan harus sarjana S1/D-IV, jumlah jam mengajar dan aktivitas mengikuti kegiatan ilmiah.
2. Banyak guru yang studi lanjut hanya untuk persyaratan sertifikasi saja, sehingga ilmu yang didapat tidak ada peningkatan menuju guru yang berkarakter dan professional. Banyak guru dengan masalah yang dihadapi. Misalnya jarak yang jauh dari sekolah. Gedung dan sarana prasarana sekolah yang belum memadai.
3. Ada beberapa guru saat dikirim untuk program pendidikan dan latihan bukan ilmu yang dikedepankan namun hal-hal lain misalnya fasilitas yang didapat. Sekolah kadang mengirim guru itu-itu saja, sehingga menimnbulkan kecemburuan. Ikut diklat hanya formalitas mencari sertifikat sehingga tidak meningkatkan menjadi guru yang berkarakter dan berkualitas.
4. Tantangan guru yang masa kerjanya banyak belum tentu lebih hebat mengajarnya dibanding dengan guru yang masa kerjanya sedikit. Kadang syarat sertifikasi membuat guru menjadi turun motivasi mengajarnya.
5. Pemahaman bahwa keberhasilan pembelajaran adalah lulus ujian dengan nilai yang tinggi. Sehingga hal ini akan membuat orang tua kecewa dan menuding guru mengajar tidak benar saat melihat hasil nilai anaknya rendah.
6. Tantangan kedepan menggunakan information communication and technology (ICT) adalah banyak guru yang tidak suka ICT. Guru harus mampu mengikuti perkembangan jaman.
7. Naiknya kesejahteraan guru PNS menjadi kesenjangan yang lebar dengan guru swasta yang tidak bnonafide. Gaji yang banyak kadang membuat guru kaget dan memudarkan konsentrasi saat mengajar. Ada beberapa guru dengan angsuran tiap bulannya hal ini bisa saja memnbuat motivasi mengajar menurun.
8. Meningkatnya kesejahteraan guru membuat animo masyarakat menjadi guru meningkat. Dulu profesi guru adalah pilihan terakhir atau pelarian daripada menganggur. Sekarang profesi guru banyak diminati. Namun ada juga menjadi guru bukan pengabdian namun untuk mencari gaji yang besar. Hal ini tidak membuat guru tersebut menjadi guru yang berkarakter dan berkualitas.