Tampilkan postingan dengan label Kisah Nyata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Nyata. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Maret 2019

Duka ku ditinggal Orang-Orang Tercinta

     
       Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (Q.S. Al-Hadid : 22)


       Siang itu posisiku berada di puncak didaerah Bogor sedang mendampingi siswa yang melakukan latihan dasar kepemimpinan  (LDK) yang diadakan oleh sekolah kami. Saat aku merebahkan badanku di tenda, handphone  ku berdering dan saat ku lihat panggilan dari dik Pratomo.
        "Mas Agung, sudah denger kalau adik Ema habis sakit" tanya nya dari ujung telpon
       " Belum, memang sakit apa ?" tanyaku melanjutkan pembicaraan.
       " Habis dirawat, sesek nafasnya sampai harus cuci darah" jawab adikku.
       "Deg rasa dalam hatiku, seakan aku kehilangan tenaga mendengar berita yang membuatku sedih.
Aku tidak menyangka dik Ema Wahyu yang selama ini sehat-sehat saja ternyata saat ini sakit, dan sakitnya cukup berat sampai harus cuci darah. Setelah mendengar berita dari dik Pratomo, sampai di rumah aku pun menelpon dik Ema Wahyu.
       "Assalamu alaikum , dik Ema Wahyu, bagaimana kabarnya?"  tanyaku
       "Baik, mas " jawabnya singkat
      "Kata dik Pratomo, kamu sakit sampai cuci darah segala, benarkah itu " tanyaku sambil ada   perasaan cemas.
       " Iya mas, nggak tahu kenapa, tahu-tahu sesak susah bernafas" jawab adikku
       " Ya sudah, jaga kesehatannya ya, jangan terlalu di forsir tenaganya dan semoga lekas sembuh ya" pintaku
        "Iya mas, nanti seminggu lagi suruh control ke rumah sakit" jawabnya kembali sambil menutup percakapan diantara kami.
       Setelah menelpon  dik Ema Wahyu perasanku agak tenang dan senang kalau dia sudah mulai membaik. Dik Ema Wahyu adalah ini satu-satunya adik perempuan, satu-satunya yang tidak sekolah diperguruan tinggi negeri dan satu-satunya yang tidak ingin menjadi guru. Sedangkan aku dan dik Pratomo menjadi guru. Dari awal memang dik Ema Wahyu berbeda dibandingkan aku dan dik Pratomo dari segi sekolahnya. Di SMA dan perguruan tinggi ditempuh di sekolah swasta.


       Setelah lulus dari SMA dik Ema Wahyu  meneruskan pendidikan dengan mengikuti kursus di IMKA Surakarta dan setahun berikutnya menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Surakarta jurusan keperawatan. Lulus dari UMS Surakarta dik Ema Wahyu mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Banyak lamaran yang dimasukkan di rumah sakit di Jakarta, hanya satu yang menerima untuk mengikuti seleksi yaitu di salah satu lab kesehatan di Kedoya walaupun pada kenyataannya tidak diterima. Lamaran yang lainnya rumah sakit  menolak dengan alasan perawat yang dibutuhkan lulusan dari SMK  sedangkan yang dari lulusan universitas menurut mereka ketinggian dari yang mereka harapkan. Akhirnya dik Ema Wahyu kembali di Surakarta menjadi salah satu staff pengajar di Sekolah Tinggi Perawat. Memang kalau sudah takdir, inginnya tidak menjadi guru ternyata takdirnya menjadi guru juga.
*****************
       Hari ini kamis aku berangkat bekerja seperti biasa menjadi pengajar di SMKN di Jakarta Pusat. Aktifitas yang kulakukan seperti biasa mengajar. Di sela-sela istirahat siang aku dikagetkan dengan kabar adikku Ema masuk rumah sakit lagi. Tanpa berpikir panjang hari itu aku langsung pulang kampung dengan mengendarai bis GM Mulia di Mampang Prapatan. Sampai Mampang jam 13.00 WIB sedangkan jam keberangkatan jam 14.00 WIB. Masih ada sekitar satu jam untuk menunggu. Tepat jam yang ditentukan bis yang aku tumpangi berangkat tetapi dengan penumpang yang belum terisi semua. Akhirnya bis bergerak sembari mencari penumpang di setiap perjalanan yang membuat diriku geregetan karena aku pengin cepat sampai.   
       Biasanya bis ke kampungku Wonogiri berangkat jam 14.00WIB langsung ke arah tujuan sampai terminal Baturetno sekitan jam 05.00 WIB pagi. Lah ini bis berangkat jam 14.00 WIB   sembari mencari penumpang akhirnya sampai di Cibitung jam 16.00 WIB yang biasanya di Cibitung jam 15.00 WIB, terlambat satu jam. Setelah lama menunggu akhirnya bis berangkat jam 17.00 WIB setelah kursi penumpang terisi semua.
       Perjalanan bis terasa lambat tidak seperti yang ku harapkan, karena aku ingin cepat ketemu dik Ema Wahyu. Biasanya kalau pulang kampung aku selalu cepat tertidur, untuk kali ini tidak. Mataku tak bisa terpejam, aku hanya membayangkan dik Ema yang terbaring sakit, aku hanya mengingat kondisi adikku. Selama ini adikku jarang sekali sakit, kalau pun sakit ya sakit biasa yang tidak pernah dirawat. Sekitar jam 19.30 WIB  handphone ku berdering, dan ternyata adikku Pratomo yang menelpon.
       "Mas..mas…, dik Ema meninggal " suara adikku terbata-bata sambil menahan tangis.
       " Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun….adikkuuu…" suara tangis ku pun pecah saat itu, aku tak bisa berkata-kata lagi. Ada penyesalan dalam diriku dengan meninggalnya dik Ema.
       "Mas langsung pulang ke rumah saja, nggak usah mampir di rumah sakit" kata adikku
       " Iya dik" jawabku lirih, sambil menyeka air mata yang tumpah tak henti-hentinya.
       Memang aku pulang ini ingin menjenguk adikku yang dirawat di rumah sakit Wonogiri. Jarak rumahku ke rumah sakit masih sekitar 30 km atau 1 jam perjalanan. Kata dik Pratomo, dik Ema Wahyu tidak tertolong karena proses cuci darah mengalami keterlambatan dan ada masalah teknis. Sebetulnya seminggu yang lalu dik Ema harus kontrol, tetapi karena dirasakan sudah enak dik Ema tidak melakukan kontrol kesehatannya.
       Adik Ema Wahyu, adikku perempuan satu-satunya harus meninggalkan kami terlebih dahulu di umur  27 tahun. Umur yang masih muda. Dalam karier sebentar lagi mau diangkat sebagai dosen tetap. Adikku juga lagi senang-senangnya membina rumah tangga yang baru berumur 2 bulan. Kalau mengingat semua itu kadang batinku tidak menerima dengan musibah ini. Kenapa hal tersebut menimpa adikku, menimpa keluargaku. Perasaan hatiku berkecamuk dan berpikir kemana-mana. Namun akhirnya semua pikiran negatifku ku hilangkan dan kukembalikan bahwa semua ini sudah takdir dari Allah Taala. 
       Akupun kembali menyadari bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Ibaratnya kita ini hanya sebuah titipan yang diambil kembali oleh sang pemiliknya. Benar sekali apa yang sering ku dengar dipengajian-pengajian bahwa  Allah Taala akan menguji setiap hambaNya  dengan berbagai musibah, dengan berbagai hal yang tidak kita sukai dengan hal yang tidak kita duga. Sungguh ada sesuatu yang tidak kita ketahui dibalik musibah tersebut. Maka bersabarlah dan berusahalah ridho dengan apa yang Allah Taala tetapkan. Seperti yang tersurat dalam Alquran bahwa semua kejadian atau musibah sudah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh).
       “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan   telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (Q.S. Al-Hadid : 22)
       Bis terus berjalan, dan menurutku semakin lambat saja seiring keinginanku pengin cepat pulang. Dan benar saja bis terlambat datang diterminal Baturetno, yang seharusnya sampai jam 05.00WIB  pagi dan ini sampai diterminal jam 11.00 WIB siang. Sampai dirumahku jam 12.00 WIB pas sholat jumat akan di mulai. Kebetulan almarhumah adikku dikuburkan setelah sholat jumat sehingga aku masih bisa melihat adikku untuk yang terakhir kali.
****************
       Setelah 2 tahun semenjak meninggalnya adikku, aku mendapat musibah lagi. Waktu itu hari Selasa, aku pulang mengawas UN di tahun 2014. Saat dirumah, aku dikagetkan suara handphone yang ternyata dari bapakku.
       " Mas, ini ada kabar duka ..ibumu meninggal " kata bapakku
       " Innalillahi wa inna ilaihi rajiun…ibu ku…" jawabku sambil meneteskan air mata.
       Ibu yang telah melahirkanku, yang sudah mengasuhku dan mendidikku dari kecil hingga sekarang akhirnya meninggalkan kami juga. Akupun bersedih lagi untuk yang kedua, aku mendapatkan musibah lagi. Duka ku ditinggal orang-orang yang ku cintai. Apalagi kalau mengingat kenangan-demi kenangan bersama ibuku kesedihan ini seakan tak berakhir. 
       Pada akhirnya kita sebagai makhluk-Nya, sebagai hamba-Nya hanya bisa pasrah saja dengan ketentuan Allah Taala. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar ketika ketika menghadapi musibah, baik dengan hati lisan maupun anggota badan. Semoga kita selalu ridho dengan taqdir dari Allah SWT.

HAKEKAT GURU

HAKEKAT GURU Pengertian guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti orang yang mengajar. Jika profesinya mengajar baik di seko...