Arman tidak pernah membayangkan olahan masakan yang dimakan
dulunya tidak disukai. Olahan
masakan tersebut terbuat dari bahan baku yang memiliki bau khas. Salah satu
contoh olahan masakan yang dimakan dengan nasi uduk ini memang mempunyai dampak
bau pada mulut dan bau saat buang air kecil.
Namun karena Ibu Yati sering memasaknya, pelan namun pasti
Arman menyukainya. Apalagi olahan masakan beraneka ragam bisa ditemukan
diwarung makan. Seperti halnya rindu obatnya harus bertemu maka jika tidak
menemukan menu masakan tersebut dalam beberapa hari pasti akan dicari.
“Ini masakan apa Bu,”tanya Arman kepada ibunya yang sedang
menyiapkan sarapan.
“Ini semur jengkol, Nak,” jawab Ibu Yati.
“Jengkol kan membuat bau mulut Bu,”protes Arman.
“Sudah nikmati saja, pasti Kamu nanti ketagihan,” bujuk
Ibunya.
Akhirnya Arman makan semur jengkol masakan Ibu Yati dan mulai
menikmati rasanya. Ternyata selama ini pemikirannya salah menganggap olahan
jengkol tidak enak karena memiliki bau yang tak sedap.
Olahan masakan yang menjadi candu bagi Arman tersebut adalah
olahan dari jengkol. Jengkol adalah
tumbuhan khas diwilayah Asia Tenggara. Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai
bahan pangan.
Dibalik baunya yang khas, jengkol ternyata memiliki banyak
khasiat buat tubuh. Diantaranya mencegah jantung coroner, diabetes, maag,
menguatkan tulang dan gigi, meningkatkan protein dan menstabilkan organ vital
pada tubuh.
“Sebenarnya, jika jengkol dimasak dengan baik, baunya bisa
berkurang,”kata Bu Yati,” bahkan bila proses pemasakan yang benar membuat jengkol
tambah lezat dan legit.”
Untuk menikmati cita rasa masakan jengkol Arman pernah
singgah di rumah makan Republik Jengkol. Rumah makan milik Bapak Fathoni yang
terletak di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Rumah makan tersebut menyuguhkan segala hidangan berbahan
jengkol. Jika kita menghindari makan jengkol karena bau serta rasanya pahit,
semua akan sirna.
Menu yang disediakan mulai dari tongseng dan pasta. Selain
itu ada rendang, semur dan balado yang semuanya berbahan jengkol. Bapak Fathoni
memulai usaha ini karena istrinya suka makan jengkol.
“Saya mencoba mengolah supaya jengkol tidak bau,” jelas Pak
Fathoni.
Akhirnya dengan berbagai percobaan didapat resep agar jengkol
tetap lezat disantap dan tak berbau. Setelah dirasa berhasil maka dibuatlah
beberapa menu dari jengkol.
Semenjak berkunjung ke rumah makan Pak Fathoni, Arman
menemukan tempat untuk kuliner jengkol yang cocok dilidah. Selama ini anggapan
bahwa jengkol bau dan tidak enak ternyata ditangan orang-orang yang tepat bisa
menjadi pilihan untuk kuliner dengan rasa yang membuat ketagihan.
Saya suka jengkol dan bisa memasaknya menjadi semir yang enak. Tapi saya tidak makan karna tahu akan ketagihan 😁. Tulisan yg keren
BalasHapusMangsa pasaran pun hampir sama denga harga daging sapi dan kerbau
BalasHapusInfo resep dikemas cerita .keren Pak Bagus.
BalasHapus