Sore itu aku baru saja turun dari bis Aneka Jaya untuk berlibur akhir pekan di kampung halaman yaitu di Giriwoyo. Saat aku berjalan menuju tempat pemberhentian angkot, langkahku terhenti. Mata ku tak berkedip memandang gadis ayu di dekat angkot yang berambut pendek, berkulit kuning langsat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak kencang saat melihat Zaenab teman SMP dan SMA ku
********
Setelah menyelesaikan kuliah di Solo, aku langkahkan kakiku untuk mencoba peruntungan mencari rizki, mengadu nasib di kota Jakarta. Dengan berbekal sarjana pendidikan aku berangkat ke Jakarta. Awal-awal mengadu nasib aku melamar beberapa perusahaan dengan menggunakan ijazah SMA, namun tak satupun perusahaan yang berminat untuk merekrut aku menjadi karyawannya. Akhirnya dengan ijazah sarjana aku bisa diterima bekerja sebagai guru honor, yang waktu itu penghasilan guru honor sangatlah rendah. Namun karena keinginan untuk menjadi PNS pekerjaan menjadi guru honor tetap aku lakukan.
Di Jakarta aku bertemu dengan teman-teman SMA dan setiap beberapa bulan kami bertemu untuk sekedar bercerita pengalaman hidup di Jakarta. Untuk pertemuan berikutnya sudah kami sepakati yaitu di Blok M, Jakarta Selatan. Teman-teman SMA ada sekitar 10 orang yang berada di Jakarta untuk mencari rizki dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Akhirnya waktu yang kunanti akhirnya datang juga, minggu pagi, tanggal 14 januari 2001 bertempat di Blok M.
Pertemuan reuni SMA untuk kali ini ada yang berbeda yang membuat hati ku berbunga-bunga, yaitu saat teman kelasku Ratna mengajak tetangganya bernama Zaenab yang juga satu SMA namun lain jurusan. Saat datang aku tidak mengira bahwa Ratna membawa temannya. Saat mendekat dan ku tahu bahwa ada Zaenab di samping Ratna, langsung saja tangan Zaenab aku jabat erat. Bagiku Zaenab tidak asing lagi, aku mengenalnya, ya sangat mengenalnya.
Pertemuan terakhirku dengan Zaenab 7 tahun yang lalu menyisakan kenangan yang tak mungkin begitu saja hilang. Zaenab adalah temanku di SMPN Giriwoyo selama 3 tahun kita saling mengenal. Perkenalan kami lanjut ke tingkat SMA saat aku dan Zaenab sama-sama meneruskan sekolah di SMA N 1 Baturetno. Setelah itu kami berpisah hingga 4 tahun, hingga sekitar tahun 1996 aku bertemu lagi di terminal Baturetno.
Sore itu aku baru saja turun dari bis Aneka Jaya untuk berlibur akhir pekan di kampung halaman yaitu di Giriwoyo. Saat aku berjalan menuju tempat pemberhentian angkot, langkahku terhenti. Mata ku tak berkedip memandang gadis ayu di dekat angkot yang berambut pendek, berkulit kuning langsat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak kencang saat melihat Zaenab teman SMP dan SMA ku. Entah mengapa saat sekolah di SMP dan SMA rasa hati ini biasa saja, namun sekarang terasa berbeda sekali, ada perasaan lain . Hati ini berbunga-bunga . Zaenab yang ku kenal dulu lain dengan sekarang, dia sudah berubah, nampak cantik dan menarik hati.
Saat aku mendekat ke arahnya, entah mengapa Zaenab langsung naik ke angkot dan langsung jalan. Tiada kata sepatah pun dari kami. Aku termenung menyesal, kenapa aku tidak segera menyapanya dan mengapa aku hanya terdiam saat angkot sudah jalan. Akhirnya pertemuanku sore itu menyisakan kenangan yang mendalam. Dari sorot wajahnya tadi, dia memberikan senyuman seakan-akan dia juga membalas apa yang ku rasa. Namun tetap saja hatiku saat itu tidak lega karena tidak saling berbicara.
Maka pertemuan di Blok M ini tidak aku sia-siakan dan Zaenab langsung ku ajak ngobrol, dan langsung ke sasaran.
“ Zaenab, gimana kabar mu ? Aku kangen sudah 7 tahun nggak bertemu” tanyaku langsung tanpa basa basi.
“ Baik , Rano . kabarku baik-baik saja.” Jawabnya sambil memberikan senyuman
“Zaenab, sudah punya pacar belum ? tanyaku lagi tanpa menghiraukan temanku yang lain.
Sambil tertawa Zaenab menjawab” belum “
Kemudian aku pun semakin semangat, “ Sudah ama aku saja ya “ timpalku
“ Bisa aja, kamu Rano” sambil tersenyum.
Sejak pertemuan itu, aku langsung meminta nomor teleponnya agar pertemuan ini berlanjut lebih akrab lagi. Setelah satu jam pertemuan reuni SMA di Blok M akhirnya selesai, aku dan Zaenab akhirnya berpisah.
Setelah 3 hari semenjak pertemuan itu, aku telpon Zaenab namun berkali-kali tidak diangkat. Aku telpon selama 3 hari berturut-turut, namun tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya aku pun berkata dengan diri sendiri “ Kalau memang jodoh ya insya Allah jadi, tapi kalau nggak jodoh ya pasti nggak jadi “. Sekedar untuk menghibur diri saja. Semenjak itu pula aku sudah tidak mau menghubungi Zaenab lagi, hingga seminggu berikutnya ada telpon yang masuk.
“ Assalamu Alaikum, Rano, gimana sehat “ ? Tanya nya dari seberang telpon
“Wa alaikum salam, sehat Zaenab, kok lama nggak bisa tersambung ya” jawabku
“ iya, lagi banyak kerjaan “ jawabnya.
“ Oo iya, Zaenab yuk kita ketemuan yuks” ajakku untuk bertemu.
“ Nggak bisa, Rano. Paling bisa pulang kantor”
“ Ok nggak apa-apa, aku siap kok” timpalku.
Akhirnya aku berjanji untuk bertemu dengan Zaenab, hari Jumat sepulang jam kantor yaitu jam 17.00WIB bertempat di Halte Saharjo. Di hari Jumat yang sudah kami sepakati, aku pulang mengajar jam 15.00 WIB. Setelah sholat ashar aku pun menuju halte Saharjo yang sudah kita sepakati. Sampai di halte aku pun mengambil posisi duduk yang nyaman karena memang aku harus menunggu sekitar 2 jam. Sambil melihat lalu lalang bis metromini dan mobil di Jalan Saharjo aku tetap sabar menunggu Zaenab yang akan datang jam 17.00 WIB. Inilah permulaan perjuangan mencari cinta anak manusia, jadi ya harus sabar menunggu.
Setelah tepat jam 17.00 WIB Zaenab belum juga datang. Jam pun bergerak 15 menit, 30 menit Zaenab belum juga datang sampai tepat jam 18.00 Zaenab member kabar bahwa dia tidak bisa datang karena kerjaan banyak. Dia hari ini akan lembur. Mendengar kabar dari Zaenab antara marah, kecewa dan kesal menjadi satu karena aku menunggu sudah lama namun janji yang dia berikan ternyata kosong belaka. Namun di akhir telepon dia berkata kapan-kapan lain hari akan diusahakan. Inilah yang membuat aku masih punya pengharapan
Seminggu sejak janji bertemu yang gagal telah berlalu, aku pun sudah tidak berharap banyak lagi. Sudah dua kali sebetulnya hati ini kecewa dengan dia, namun mau bagaimana lagi mungkin sudah takdir aku tidak berjodoh dengannya. Namun kali ini Zaenab yang menghubungi ku untuk janjian lagi bertemu, aku pun mengiyakan.
Akhirnya janji yang ke dua ini terlaksana, aku jemput dia ditempat kakaknya di kawasan Kampung Melayu. Kita akhirnya bisa bertemu untuk jalan ke tempat rekreasi.
“ Zaenab, mau kah kamu menjadi jodohku” tanyaku sembari mengiba kepadanya
“ Memang Rano mau dengan ku “ Jawabnya
“Mau, mau, mau….” Jawabku kegirangan seperti anak kecil.
Akhirnya pada pertemuan itu kami berjanji untuk menjalin hubungan pertemanan ini agar sampai ke jenjang pernikahan. Tidak ada kata-kata romantis dariku karena memang aku memang tidak bisa romantis. Namun aku bertekad dan berjanji untuk menjaga hubungan ini dengan sebaiknya
Zaenab ini pada akhirnya menjadi jodohku. Dan aku semakin yakin bahwa memang jodoh itu rahasia Allah saja. Kalau aku tahu bahwa Zaenab itu adalah jodohku tentu dari sekolah SMP dan SMA aku akan selalu disampingnya. Tapi itulah jodoh yang mendapatkannya perlu perjuangan yang berliku-liku.
==Tamat==
********
Setelah menyelesaikan kuliah di Solo, aku langkahkan kakiku untuk mencoba peruntungan mencari rizki, mengadu nasib di kota Jakarta. Dengan berbekal sarjana pendidikan aku berangkat ke Jakarta. Awal-awal mengadu nasib aku melamar beberapa perusahaan dengan menggunakan ijazah SMA, namun tak satupun perusahaan yang berminat untuk merekrut aku menjadi karyawannya. Akhirnya dengan ijazah sarjana aku bisa diterima bekerja sebagai guru honor, yang waktu itu penghasilan guru honor sangatlah rendah. Namun karena keinginan untuk menjadi PNS pekerjaan menjadi guru honor tetap aku lakukan.
Di Jakarta aku bertemu dengan teman-teman SMA dan setiap beberapa bulan kami bertemu untuk sekedar bercerita pengalaman hidup di Jakarta. Untuk pertemuan berikutnya sudah kami sepakati yaitu di Blok M, Jakarta Selatan. Teman-teman SMA ada sekitar 10 orang yang berada di Jakarta untuk mencari rizki dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Akhirnya waktu yang kunanti akhirnya datang juga, minggu pagi, tanggal 14 januari 2001 bertempat di Blok M.
Pertemuan reuni SMA untuk kali ini ada yang berbeda yang membuat hati ku berbunga-bunga, yaitu saat teman kelasku Ratna mengajak tetangganya bernama Zaenab yang juga satu SMA namun lain jurusan. Saat datang aku tidak mengira bahwa Ratna membawa temannya. Saat mendekat dan ku tahu bahwa ada Zaenab di samping Ratna, langsung saja tangan Zaenab aku jabat erat. Bagiku Zaenab tidak asing lagi, aku mengenalnya, ya sangat mengenalnya.
Pertemuan terakhirku dengan Zaenab 7 tahun yang lalu menyisakan kenangan yang tak mungkin begitu saja hilang. Zaenab adalah temanku di SMPN Giriwoyo selama 3 tahun kita saling mengenal. Perkenalan kami lanjut ke tingkat SMA saat aku dan Zaenab sama-sama meneruskan sekolah di SMA N 1 Baturetno. Setelah itu kami berpisah hingga 4 tahun, hingga sekitar tahun 1996 aku bertemu lagi di terminal Baturetno.
Sore itu aku baru saja turun dari bis Aneka Jaya untuk berlibur akhir pekan di kampung halaman yaitu di Giriwoyo. Saat aku berjalan menuju tempat pemberhentian angkot, langkahku terhenti. Mata ku tak berkedip memandang gadis ayu di dekat angkot yang berambut pendek, berkulit kuning langsat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdetak kencang saat melihat Zaenab teman SMP dan SMA ku. Entah mengapa saat sekolah di SMP dan SMA rasa hati ini biasa saja, namun sekarang terasa berbeda sekali, ada perasaan lain . Hati ini berbunga-bunga . Zaenab yang ku kenal dulu lain dengan sekarang, dia sudah berubah, nampak cantik dan menarik hati.
Saat aku mendekat ke arahnya, entah mengapa Zaenab langsung naik ke angkot dan langsung jalan. Tiada kata sepatah pun dari kami. Aku termenung menyesal, kenapa aku tidak segera menyapanya dan mengapa aku hanya terdiam saat angkot sudah jalan. Akhirnya pertemuanku sore itu menyisakan kenangan yang mendalam. Dari sorot wajahnya tadi, dia memberikan senyuman seakan-akan dia juga membalas apa yang ku rasa. Namun tetap saja hatiku saat itu tidak lega karena tidak saling berbicara.
Maka pertemuan di Blok M ini tidak aku sia-siakan dan Zaenab langsung ku ajak ngobrol, dan langsung ke sasaran.
“ Zaenab, gimana kabar mu ? Aku kangen sudah 7 tahun nggak bertemu” tanyaku langsung tanpa basa basi.
“ Baik , Rano . kabarku baik-baik saja.” Jawabnya sambil memberikan senyuman
“Zaenab, sudah punya pacar belum ? tanyaku lagi tanpa menghiraukan temanku yang lain.
Sambil tertawa Zaenab menjawab” belum “
Kemudian aku pun semakin semangat, “ Sudah ama aku saja ya “ timpalku
“ Bisa aja, kamu Rano” sambil tersenyum.
Sejak pertemuan itu, aku langsung meminta nomor teleponnya agar pertemuan ini berlanjut lebih akrab lagi. Setelah satu jam pertemuan reuni SMA di Blok M akhirnya selesai, aku dan Zaenab akhirnya berpisah.
Setelah 3 hari semenjak pertemuan itu, aku telpon Zaenab namun berkali-kali tidak diangkat. Aku telpon selama 3 hari berturut-turut, namun tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya aku pun berkata dengan diri sendiri “ Kalau memang jodoh ya insya Allah jadi, tapi kalau nggak jodoh ya pasti nggak jadi “. Sekedar untuk menghibur diri saja. Semenjak itu pula aku sudah tidak mau menghubungi Zaenab lagi, hingga seminggu berikutnya ada telpon yang masuk.
“ Assalamu Alaikum, Rano, gimana sehat “ ? Tanya nya dari seberang telpon
“Wa alaikum salam, sehat Zaenab, kok lama nggak bisa tersambung ya” jawabku
“ iya, lagi banyak kerjaan “ jawabnya.
“ Oo iya, Zaenab yuk kita ketemuan yuks” ajakku untuk bertemu.
“ Nggak bisa, Rano. Paling bisa pulang kantor”
“ Ok nggak apa-apa, aku siap kok” timpalku.
Akhirnya aku berjanji untuk bertemu dengan Zaenab, hari Jumat sepulang jam kantor yaitu jam 17.00WIB bertempat di Halte Saharjo. Di hari Jumat yang sudah kami sepakati, aku pulang mengajar jam 15.00 WIB. Setelah sholat ashar aku pun menuju halte Saharjo yang sudah kita sepakati. Sampai di halte aku pun mengambil posisi duduk yang nyaman karena memang aku harus menunggu sekitar 2 jam. Sambil melihat lalu lalang bis metromini dan mobil di Jalan Saharjo aku tetap sabar menunggu Zaenab yang akan datang jam 17.00 WIB. Inilah permulaan perjuangan mencari cinta anak manusia, jadi ya harus sabar menunggu.
Setelah tepat jam 17.00 WIB Zaenab belum juga datang. Jam pun bergerak 15 menit, 30 menit Zaenab belum juga datang sampai tepat jam 18.00 Zaenab member kabar bahwa dia tidak bisa datang karena kerjaan banyak. Dia hari ini akan lembur. Mendengar kabar dari Zaenab antara marah, kecewa dan kesal menjadi satu karena aku menunggu sudah lama namun janji yang dia berikan ternyata kosong belaka. Namun di akhir telepon dia berkata kapan-kapan lain hari akan diusahakan. Inilah yang membuat aku masih punya pengharapan
Seminggu sejak janji bertemu yang gagal telah berlalu, aku pun sudah tidak berharap banyak lagi. Sudah dua kali sebetulnya hati ini kecewa dengan dia, namun mau bagaimana lagi mungkin sudah takdir aku tidak berjodoh dengannya. Namun kali ini Zaenab yang menghubungi ku untuk janjian lagi bertemu, aku pun mengiyakan.
Akhirnya janji yang ke dua ini terlaksana, aku jemput dia ditempat kakaknya di kawasan Kampung Melayu. Kita akhirnya bisa bertemu untuk jalan ke tempat rekreasi.
“ Zaenab, mau kah kamu menjadi jodohku” tanyaku sembari mengiba kepadanya
“ Memang Rano mau dengan ku “ Jawabnya
“Mau, mau, mau….” Jawabku kegirangan seperti anak kecil.
Akhirnya pada pertemuan itu kami berjanji untuk menjalin hubungan pertemanan ini agar sampai ke jenjang pernikahan. Tidak ada kata-kata romantis dariku karena memang aku memang tidak bisa romantis. Namun aku bertekad dan berjanji untuk menjaga hubungan ini dengan sebaiknya
Zaenab ini pada akhirnya menjadi jodohku. Dan aku semakin yakin bahwa memang jodoh itu rahasia Allah saja. Kalau aku tahu bahwa Zaenab itu adalah jodohku tentu dari sekolah SMP dan SMA aku akan selalu disampingnya. Tapi itulah jodoh yang mendapatkannya perlu perjuangan yang berliku-liku.
==Tamat==
Kerennn Pak....Mantull pokoke.Trims ats sharingnya
BalasHapus