Waktu saya masih duduk di sekolah dasar. Saat ulangan harian dibagikan. Andri teman saya menangis karena nilai yang didapat paling rendah. Dia malu dengan teman-temannya. Pak Widodo guru saya merasa kasihan dengan kondisi teman saya tersebut. Karena Andri terus menangis maka tanpa diduga pak Widodo juga ikut merasakan kesedihan dengan meneteskan air mata. Pak Widodo merasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukan. Pak Widodo pun instropeksi dengan apa yang sudah dilakukan. Apakah mengajarnya ada yang salah?. Kenapa ada peserta didik yang nilainya tidak pernah berubah?
Kata simpati dan empati memang seperti mirip tapi keduanya ternyata tidak sama. Kedua kata tersebut memang memiliki kepedulian didalamnya tetapi memiliki makna yang berbeda. Saya juga baru mengetahui sekarang pada contoh pertama hanya menggunakan simpati saat peserta didik nilainya rendah. Pak Widodo merasa sedih melihat peserta didiknya nilainya rendah dibanding dengan yang lain. Pada contoh yang kedua simpati dan empati menjadi satu. Kesedihan yang dirasakan akibat kegagalan seperti terjadi pada dirinya dan itu membuat Pak Widodo menyesali dan introspeksi diri, “apa yang salah dari saya ketika mengajar?”
Ternyata tugas seorang guru sangat berat. Saat mengajar ada peserta didik yang gagal maka naluri seorang guru akan merasakan betapa sedihnya peserta didik tersebut. Apalagi kalau teman-temannya tidak mendukungnya malah mengejeknya atau mentertawakan. Oleh karena itu guru juga harus mendorong peserta didik lain ikut merasakan kesedihan dengan kegagalan temannya tersebut.
Adakalanya disaat mendidik seorang guru hanya menggunakan simpati yang mana akan merasa kasihan bila peserta didiknya tidak memahami materi yang diajarkan. Namun kalau lebih dari sekedar kasihan maka guru yang empati akan merasa tergugah. Yaitu ikut mesakan kesedihan bahkan menyesal dan intropeksi demi perbaikan mengajarnya.
Empati adalah ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Empati ini hampir sama dengan simpati. Bila Simpati hanya menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain, empati lebih kepada ikut serta secara emosional dan intelektual dengan pengalaman orang tersebut. Dalam empati kita melihat dan merasakan apa yang dialami orang lain. Sikap empati harus dikembangkan guru di kelas tempat dia mengajar. Dengan demikian setiap peserta didik bisa merasakan apa yang dialami temannya bukan malah menjauhi karena keterbatasan yang dimilikinya.
Untuk menanamkan empati terhadap anak didiknya guru harus mempraktikkan terlebih dahulu ,atau menjadikan empati sebagai bagian penting karakternya dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya guru harus terlebih dahulu menjadi figur teladan yang menerapkan empati itu. Sebagai contoh guru bisa mengunjungi peserta didik yang sedang sakit, membantu yang tengah kesusahan, membantu peserta didik dengan beban ekonomi yang berat dan sebagainya. Langkah ini ini akan menumbuhkan rasa empati dalam diri peserta didik
Semoga kita menjadi guru jangan hanya datang, memberi salam, memberi materi. Tidak pernah mengetahui apakah materi yang diajarkan tersebut dimengerti oeh peserta didik atau tidak. Tidak pernah memberi ulangan. Kalaupun memberi ulangan tak sempat untuk dikoreksi. Saat mengajar ada yang tidak masuk tidak pernah ditanyakan kenapa dia tidak masuk. Kalaupun peserta didik ada yang sakit tak pernah memperhatikan sakitnya apa. Tak pernah mengunjungi siswa yang sakit tersebut.
Semoga hal-hal yang tak baik kita buang jauh-jauh dari pikiran dan perilaku lita sebagai seorang guru. Jadilah guru layaknya orang tua yang memperhatikan kebutuhan peserta didik. Kalau ada yang gagal dimateri yang kita ajarkan maka coba cari penyebabnya mengapa dia gagal. Kalau ada masalah maka guru akan merasakan juga masalah apa yang sedang dihadapi. Kalau kebaikan yang kita tebarkan maka insya Allah kita jadi guru yang didambakan oleh peserta didik. Dinantikan kehadirannya, di cari saat kita tak bisa mengajar.