Selasa, 23 Februari 2021

VII.14 Guru yang memotivasi dan menghargai peserta didik

14. Guru yang memotivasi dan menghargai peserta didik

Didalam kelas seorang gruru akan menemukan aneka tingkah dan persoalan yang dihadapi peserta didiknya. Ada yang sangat rajin, ada yang biasa-biasa saja , dan ada yang sama sekali tidak mau belajar.  Seorang guru harus bisa mengatasi pemasalahn tersebut. Guru harus memajukan, merangsang dan membimbing peserta didik dalam proses belajar. Segala usaha kearah itu harus dirancang dan dilaksanakan.

Guru yang didambakan harus dapat memotivasi peserta didik yang malas/tidak mau belajar tersebut. Motivasi adalah keinginan yang kuat yang terdapat dalam diri sesorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. Misalnya motivasi belajar maka adanya dorongan untuk belajar. Biasanya motivasi ini bisa dari dalam diri peserta didik itu sendiri atau dari orang lain. Guru harus berhasil menjadikan peserta didiknya termotivasi dalam pelajaran. Oleh karena itu agar lebih berkesan dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pembelajaran peserta didik ke arah yang lebih baik.

Bagi guru, memotivasi diri apalagi memotivasi peserta didik bukanlah pekerjaan yang mudah. Guru harus mempunyai kemauan untuk memotivasi dan kemampuan memotivasi. Memotivasi peserta didik merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar dan mengajar. Jika guru telah berhasil membangun motivasi peserta didik selama  pembelajaran berarti guru itu telah berhasil mengajar. Memotivasi peserta didik tidak hanya menggerakkan peserta didik agar aktif dalam pelajaran, tetapi juga mengarahkan dan menjadikan peserta didik terdorong untuk belajar secara terus menerus, walaupun dia berada di luar kelas maupun setelah meninggalkan sekolah

Motivasi peserta didik ditentukan oleh lingkungan. Guru merupakan lingkungan yang sangat berperanan di dalam proses belajar. Oleh kerana itu, meningkatkan motivasi peserta didik dalam pelajaran merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

Guru seharusnya menggunakan waktu yang banyak untuk memotivasi peserta didikya. Peserta didik yang termotivasi dengan baik dalam pelajaran akan melakukan lebih banyak aktivitas dan lebih cepat belajar jika dibandingkan dengan peserta didik yang kurang atau tidak termotivasi saat belajar. Ini menandakan bahwa, jika guru dapat membangunkan motivasi peserta didik terhadap pelajaran yang diajarkan maka diharapkan peserta didik tersebut sentiasa akan meminati mata pelajaran tersebut.

Situasi kelas yang peserta didik-peserta didiknya termotivasi dapat mempengaruhi sikap belajar dan tingkah lakunya. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan, menunjukkan ketekunan yang tinggi, variasi aktivitas belajar mereka pun akan lebih banyak. Di samping keterlibatan mereka dalam belajar lebih besar, mereka juga kurang menyukai tingkah laku negatif yang dapat menimbulkan masalah disiplin.

Oleh kerana itu, dalam upaya menjaga dan meningkatkan disiplin kelas maka motivasi peserta didik mesti dipertimbangkan. Ini bermakna meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar merupakan suatu cara yang baik dalam menghindari tingkah laku peserta didik yang negatif, karena mereka terlibat aktif dalam belajar dan terangsang untuk belajar. Sebenarnya tujuan jangka panjang dalam membangun dan mengembangkan motivasi pelajar dalam belajar adalah terbentuknya motivasi kendiri. Kita sebagai guru ingin agar pelajar selalu terdorong untuk mengembangkan minatnya untuk belajar walau di mana pun dia berada.

Kita berharap agar pelajar-pelajar kita sentiasa ingin menimba pelbagai ilmu pengetahuan walaupun mereka telah lepas dari bimbingan kita. Tujuan pendidikan yang paling utama adalah untuk membangkitkan dalam diri pelajar suatu motivasi yang kuat dan terus menerus untuk belajar. Hal ini akan menjadi suatu kecenderungan dan kebiasaan dalam melakukan proses belajar selanjutnya.

Pada dasarnya di dalam diri peserta didik ada keinginan yang sangat kuat untuk belajar yang bersifat alami. Guru hanya mengembangkan atau memupuk keinginan itu sehingga keinginan belajar itu dapat direalisasikan dalam bentuk prestasi yang maksimum. Guru harus mengatur lingkungan atau suasana belajar saat kegiatan belajar mengajar  secara bijaksana sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar.

Selain itu untuk meningkat motivasi peserta didik dalam belajar guru perlu menghargai peserta didiknya. Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap manusia memiliki harga diri. Harga diri setiap pribadi merupakan komponen yang bersifat emosional dan paling menentukan sikap kepribadian kita. Harga diri merupakan kunci keberhasilan dalam hidup dan ''aset pribadi'' peserta didik yang harus dikembangkan, diolah, dan dihidupkan terus. Aset pribadi ini hendaknya dapat dimanfaatkan oleh guru menjadi salah satu dasar strategi dalam pengelolaan kelas yang harus dikuasai oleh guru dalam peranannya sebagai fasilitator dalam belajar.

Guru diharapkan mampu menghidupkan, mengangkat, dan memelihara harga diri peserta didik karena pengangkatan harga diri peserta didik ini akan membuat peserta didik menjadi lebih bersemangat, antusias, dan akhirnya mempunyai motivasi diri yang tinggi dalam belajar. Selain itu, guru yang mampu mengangkat dan memelihara harga diri peserta didik juga akan memberi rasa aman secara psikologis

Rasa aman yang diperoleh peserta didik mempunyai sumbangan yang sangat besar untuk menciptakan situasi belajar yang nyaman. Ini menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan belajar. Situasi lain yang ditimbulkan dari rasa aman adalah terciptanya hubungan yang akrab antara guru dan peserta didik. Hal ini akan memudahkan peserta didik berinteraksi dan berani mengutarakan kesulitan-kesulitan belajar yang muncul


 
 

Lomba Blog Bulan Februari

Menulis Blog Jadi Buku

Tulisan hari ke 23 

Penulis Agung Pramono 

Senin, 22 Februari 2021

VII.13 Guru yang memiliki simpati dan empati

13. Guru yang memiliki simpati dan empati

          Waktu saya masih duduk di sekolah dasar. Saat ulangan harian dibagikan. Andri teman saya menangis karena nilai yang didapat paling rendah. Dia malu dengan teman-temannya. Pak Widodo guru saya merasa kasihan dengan kondisi teman saya tersebut. Karena Andri terus menangis maka tanpa diduga pak Widodo juga ikut merasakan kesedihan dengan meneteskan air mata. Pak Widodo merasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukan. Pak Widodo pun instropeksi dengan apa yang sudah dilakukan. Apakah mengajarnya ada yang salah?. Kenapa ada peserta didik yang nilainya tidak pernah berubah?

          Kata simpati dan empati memang seperti mirip tapi keduanya ternyata tidak sama. Kedua kata tersebut memang memiliki kepedulian didalamnya tetapi memiliki makna yang berbeda. Saya juga baru mengetahui sekarang pada contoh pertama hanya menggunakan simpati saat peserta didik nilainya rendah. Pak Widodo merasa sedih melihat peserta didiknya nilainya rendah dibanding dengan yang lain. Pada contoh yang kedua simpati dan empati menjadi satu. Kesedihan yang dirasakan akibat kegagalan seperti terjadi pada dirinya dan itu membuat Pak Widodo  menyesali dan introspeksi diri, “apa yang salah dari saya ketika mengajar?”

          Ternyata tugas seorang guru sangat berat. Saat mengajar  ada peserta didik yang gagal maka naluri seorang guru akan merasakan betapa sedihnya peserta didik tersebut. Apalagi kalau teman-temannya tidak mendukungnya malah mengejeknya atau mentertawakan. Oleh karena itu guru juga harus mendorong peserta didik lain ikut merasakan kesedihan dengan kegagalan temannya tersebut.

Adakalanya disaat mendidik seorang guru hanya menggunakan simpati yang mana akan merasa kasihan bila peserta didiknya tidak memahami materi yang diajarkan. Namun kalau lebih dari sekedar kasihan maka guru yang empati akan merasa tergugah. Yaitu ikut mesakan kesedihan bahkan menyesal dan intropeksi demi perbaikan mengajarnya.

          Empati adalah ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Empati ini hampir sama dengan simpati. Bila Simpati hanya menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain, empati lebih kepada ikut serta secara emosional dan intelektual dengan pengalaman orang tersebut. Dalam empati kita melihat dan merasakan apa yang dialami orang lain. Sikap empati harus dikembangkan guru di kelas tempat dia mengajar. Dengan demikian setiap peserta didik bisa merasakan apa yang dialami temannya bukan  malah menjauhi karena keterbatasan yang dimilikinya.

          Untuk menanamkan empati terhadap anak didiknya guru harus mempraktikkan terlebih dahulu ,atau menjadikan empati sebagai bagian penting karakternya dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya guru harus terlebih dahulu menjadi figur teladan yang menerapkan empati itu. Sebagai contoh guru bisa mengunjungi peserta didik yang sedang sakit, membantu yang tengah kesusahan, membantu peserta didik dengan beban ekonomi yang berat dan sebagainya. Langkah ini ini akan menumbuhkan rasa empati dalam diri peserta didik

          Semoga kita menjadi guru jangan hanya datang, memberi salam, memberi materi. Tidak pernah mengetahui apakah materi yang diajarkan tersebut dimengerti oeh peserta didik atau tidak. Tidak pernah memberi ulangan. Kalaupun memberi ulangan tak sempat untuk dikoreksi. Saat mengajar ada yang tidak masuk tidak pernah ditanyakan kenapa dia tidak masuk. Kalaupun peserta didik ada yang sakit tak pernah memperhatikan sakitnya apa. Tak pernah mengunjungi siswa yang sakit tersebut.

          Semoga hal-hal yang tak baik kita buang jauh-jauh dari pikiran dan perilaku lita sebagai seorang guru. Jadilah guru layaknya orang tua yang memperhatikan kebutuhan peserta didik. Kalau ada yang gagal dimateri yang kita ajarkan maka coba cari penyebabnya mengapa dia gagal. Kalau ada masalah maka guru akan merasakan juga masalah apa yang sedang dihadapi. Kalau kebaikan yang kita tebarkan maka insya Allah kita jadi guru yang didambakan oleh peserta didik. Dinantikan kehadirannya, di cari saat kita tak bisa mengajar.

 

Lomba Blog Bulan Februari

Menulis Blog Jadi Buku

Tulisan hari ke 22 

Penulis Agung Pramono 

HAKEKAT GURU

HAKEKAT GURU Pengertian guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti orang yang mengajar. Jika profesinya mengajar baik di seko...